Mungkin
ada beberapa hal yang kita tidak tahu mengenai sibling rivalry. Sesuatu yang seharusnya dipertanyakan namun tanpa kita sadari telah
lama menjalar dalam urat nadi. Apakah kita pernah merasakan kebencian terhadap
saudara kandung karena mendapatkan perhatian yang lebih besar dari orang tua?
Atau pernahkah kita merasa harus melakukan sesuatu perubahan agar orang tua
kita kembali memperhatikan kita? Itulah sibling rivalry. Dimana persaingan
antar-saudara demi memperebutkan perhatian dan cinta dari orang tua.
Perasaan
cemburu yang dimiliki berasal dari perbedaan persepsi antara si anak dan orang
tua. Seperti perasaan kebencian mendalam ketika orang tua melakukan sesuatu
yang kita anggap terlalu berlebihan kepada saudara kandung tanpa alasan yang
diketahui. Hal itu menimbulkan agresif secara aktif seperti menunjukkan
kelakuan negatif agar diperhatikan maupun melakukan perbuatan-perbuatan kecil
untuk mencurahkan rasa ketidaksukaannya kepada saudara yang diperhatikan oleh
orang tuanya. Mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa perasaan seperti itu
berdampak besar pada proses perkembangan diri kita. Sesuatu yang seperti itu
turut andil menjelang remaja. Sikap yang ditunjukkan semakin terbentuk tanpa
kita sadari.
Ciri
khas yang mulai terbentuk akibat sibling
rivalry seperti munculnya sikap egois, hobi berkelahi ataupun adu mulut,
kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, mengalami gangguan tidur, maupun menuntut
lebih banyak perhatian. Apalagi jika yang mengalami adalah para remaja yang
masih berkembang. Mereka lebih banyak menuntut haknya. Mereka masih tampak
ambigu dalam memilih mana yang benar ataupun tidak. Oleh sebab itu, perlakuan
orang tua mereka sangat dibutuhkan untuk berperan penting dalam tumbuh kembang
para remaja.
Perlu
diketahui bahwa gejala sibling rivalry
memiliki banyak faktor penting dalam membentuk kepribadian. Yang pertama adalah
dengan sikap orang tua yang pilih kasih. Sebagai contoh, sikap orang tua yang
kolot dan memiliki banyak harapan kepada anak-anaknya dan apabila salah satu
anaknya sesuai dengan keinginan orang tuanya, maka ia akan mendapatkan reward/ penghargaan dan dielu-elukan
oleh orang tuanya. Sedangkan anak yang tidak membuat orang tuanya berkesan,
maka bisa jadi dia akan merasa terasing karena tidak sesuai dengan harapan
orang tuanya.
Yang
kedua, anak-anak yang berdasarkan urutan kelahiran. Sejak kecil mereka telah
diberi peran masing-masing oleh orang tuanya. Contohnya seperti anak pertama
yang diberi peran yang berbeda dengan anak kedua. Bisa saja anak pertama diberi
peran yang mandiri agar kelak dapat berpikir lebih dewasa dan mampu mengayomi
adik-adiknya. Berbeda pula dengan halnya anak kedua maupun yang seterusnya.
Apabila peran yang diberikan orang tuanya mampu dijalani oleh anak tersebut,
maka tidak akan berdampak apa-apa. Akan tetapi jika tidak mampu menjalankan
peran tersebut, maka akan berdampak buruk pada kehidupan si anak.
Yang
ketiga, merapat pada jenis kelamin. Seorang anak laki-laki dengan perempuan
memiliki reaksi yang berbeda terhadap saudara kandungnya. Apabila laki-laki
yang memiliki saudara kandung laki-laki ataupun perempuan tidak akan memiliki
perselisihan maupun kecemburuan. Malah perempuan yang memiliki saudara kandung
laki-laki ataupun perempuan lah yang memiliki reaksi paling sensitif terhadap
saudara kandungnya.
Yang
keempat, mengenai perbedaan usia. Jarak perbedaan usia yang lebih pendek akan
memberi dampak perselisihan yang semakin besar. Berbeda halnya dengan jarak
perbedaan usia yang lebih besar, akan jarang menghadapi pertengkaran dan
kecemburuan antar-saudara. Seperti pengalaman si penulis yang memiliki jarak
selisih tiga tahun. Hubungan yang kami miliki sangat dekat. Namun selalu
dibumbui dengan hubungan yang baik maupun pertengkaran. Akan tetapi hal itulah
yang membuat hubungan kami semakin erat, walaupun terkadang kami memiliki
kecemburuan satu sama lain.
Yang
kelima, jumlah saudara yang banyak tidak akan banyak mengalami banyak
perselisihan daripada jumlah saudara yang sedikit.
Yang
keenam, tergantung pada pola asuh di dalam lingkup keluarga. Apakah itu
keluarga yang otoriter maupun keluarga yang permisif.
Yang
ketujuh, kehadiran dari orang luar akan memberikan dampak yang lebih besar
terhadap tumbuh kembang remaja daripada faktor-faktor lainnya. Sebagai contoh
pengalaman seorang remaja yang selalu mengalami sikap kecemburuan yang lebih
besar seiring waktu terhadap saudara kandung. Hal itu dikarenakan banyaknya
orang luar yang memperlakukan mereka secara berbeda. Salah satu dari saudara
tersebut memiliki kelebihan pada fisik maupun sikap yang lebih dewasa dan supel
daripada saudaranya yang satunya. Alhasil orang-orang luar lebih nyaman apabila
mengobrol dengannya daripada saudara yang biasa-biasa saja. Karena perbedaan
yang mencolok ditunjukkan oleh orang-orang luar tersebut, maka saudara yang
biasa saja menunjukkan perasaan minder, pemarah dan merasa sangat cemburu
dengan saudara kandungnya. Apalagi pengaruh dari orang tua yang turut mendukung
pendapat dari orang luar.
Hal
seperti itu seringkali terjadi di dalam dunia remaja. Seperti layaknya manusia
pada umumnya memiliki perbedaan yang beragam. Entah itu individu maupun yang
memiliki saudara kandung. Maka dari itu sudah seharusnya orang tua memiliki
kesadaran dan bersikap adil kepada anak-anaknya. Apalagi kalau anak-anaknya
beranjak dewasa. Bagi para remaja yang terkadang sensitif setidaknya turut
menyadari apa alasan positif dari orang tua yang seringkali membedakan
anak-anaknya. Para remaja dapat mencoba berhubungan lebih dekat dengan
orang-orang di lingkungannya. Jika masih belum dapat menata perasaan sensitif
yang negatif, maka dapat dianjurkan mengeluarkan unek-unek dan emosi kepada
orang yang dipercaya ataupun psikolog. Hal yang lain untuk tidak merasa
sensitif pada hal yang sensitif seperti selalu berpikir yang positif.
Sumber-sumber tulisan: