pesan pembuka dan penutup

Senin, 13 Desember 2021

Sepucuk Surat Masa Kini (Untukku, Juga Untukmu)

Sumber: https://m.id.aliexpress.com/item/4000075508502.html?trace=wwwdetail2mobilesitedetail


Aku kira masa adolescence-ku tidak begitu buruk. Penuh dengan kelabilan dan kegelisahan pada setiap menitnya. Memikirkan hal yang sebenarnya sepele. Seharusnya hanya dengan mengkomunikasikan hal itu, maka akan semakin cepat menemukan solusinya. Tetapi 'saya' yang remaja ini begitu selalu terlihat sok kuat, bisa menjalani semuanya sendiri, dan berakhir melumeri tangisan di bantal tiap malam. Bergalau ria sudah menjadi kebiasaan. Yah, keceriaan dan over pede terbentuk dalam kepribadianku. Sikap kurang peka dan kepedulianku begitu kurang. Asal nyeplos dan tidak berhati-hati dalam berbicara. Secara keseluruhan aku membenci keterbukaanku yang tak mempedulikan bagaimana perasaan orang-orang disekitar. Sampai pada suatu titik dimana aku terjatuh ke dalam retaknya kepribadian. Takut. Bingung. Nyata. Tidak nyata. Orang tua ikut bingung. Gejala itu merasuk dan mengubah segala kepribadianku hingga menjadi tertutup dalam segala hal. Berkomunikasi menjadi takut. Pikiran negatif segalanya berhamburan. Ketidakpercayaan melepuh dalam nuraniku. Orang yang menurutku bijaksana juga menghilang. Aku tidak yakin lagi pada diriku. Pada akhirnya bertemu dengan seseorang yang rela mendengarku. Mendukung apapun yang aku katakan. Hingga lama-kelamaan khayalan itu berangsur melebur menjadi butiran debu. Aku pun memiliki mimpi ingin menjadi sepertinya juga. Mendengar berbagai kisah dan menenangkan orang seperti diriku. Ku coba untuk bangkit kembali. Sulit memang. Partikel-partikel debu itu terkadang suka menghampiriku. Aku berlari, mengalihkan pandangan, dan menggembok telinga sekian tahun berikutnya sembari meneruskan pendidikan yang seharusnya ku jalani beberapa tahun sebelumnya. Tentu saja kepribadian yang mulai terbentuk kian berubah. Menjadi cukup berhati-hati dalam bertutur kata dan lebih banyak diam membuat kepribadianku terlihat cukup memprihatinkan. Di sekitarku mulai berubah. Aku pun cukup merasakan perbedaannya. Oh, cerminan yang sama. Mereka juga lebih berhati-hati padaku. Aku memang kurang menyukai kepribadian yang terbentuk dari masa remajaku, akan tetapi aku juga tidak berbangga dengan kepribadianku yang sekarang. Aku hanya berpikir, "Entah, siapa aku yang berani tidak bersyukur ini? " Jadi, inilah aku yang kini mensyukuri apa yang telah Engkau berikan. Masa lampau itu memang berat. Berat. Sungguh berat hingga membuat dua orang yang ku sayang sampai meneteskan air mata. Mereka lah yang membantuku berdiri dan melangkah sekali lagi. Si kecil bau kencur juga menjadikanku bersemangat untuk terus berpikir ke depan. Aku harap 'aku-aku' yang lain juga terus bertahan untuk tetap melangkah ke depan. Berjinjit lah.. Tapakilah.. Apapun caranya, bagaimanapun caranya.. Semuanya memang tidak mudah.. Terkadang partikel debu itu turut melewati dan menyapamu, tetapi sudah cukup! Katakan itu dengan suara lantang! Semua pasti akan ada jalan pintasnya.. Akan ada jalan yang kau temukan di sudut pemikiran itu. Keluarlah.. Kita tidak sendirian. Walaupun masa adolescence itu pernah raib, pernah dicuri dariku..tetapi aku tak mengapa. Masih ada hari esok! Hari dimana aku bersyukur karena masih terbangun dan fokus untuk berbuat kebaikan pada hari ini. Berharap mengucap maaf pada yang tersakiti terselip dalam hatiku. Tataplah langit di atas sana. Kalau sekarang pasti sedang mendung ya hehe.. Maksudku saat hari sedang cerah-cerahnya. Indah, bukan? Walaupun mimpiku masih belum ada yang berhasil, tetapi aku harus tetap bertahan hidup untuk berusaha menggapainya. Semoga dirimu juga ya. Tegakkan dadamu dan tetap berjuang!!!!!! Don't Think, Feel! Kita memperjuangkan mimpi kita bersama yah!!!!! 


Hormat Saya, 


yang masih terus berjuang, Aijin

Tidak ada komentar: